-->

Monday, September 29, 2014

Sidang Paripurna DPR Pilkada Langsung - Tidak Langsung Memalukan

Voting adalah cara yang diambil ketika musyawarah mufakat tidak bisa menentukan hasil. Masih ingatkah kalian ketika Prabowo kalah suara dalam pemilu dan menggugat ke MK , orang beramai-ramai mengolok-olok dan membullynya, Seolah-olah Prabowo dan pendukungnya tidak legowo dengan kekalahan ini, beredar meme dengan jargon "LEGOWO" untuk prabowo.

Padahal langkah gugatan yang dilakukan Prabowo dan pendukungnya sangat bisa diterima oleh akal sehat dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang. Begitu luasnya wilayah Indonesia membuat kemungkinan kecurangan atau kesalahan hitung terjadi di mana-mana. Wajar, mereka menggugat.

Bandingkan dengan yang terjadi saat ini.


Proses Sidang Paripurna DPR untuk menentukan Pilkada Langsung atau Tidak Langsung berlangsung di satu ruangan yang bisa ditonton oleh seluruh rakyat Indonesia. Jutaan mata menjadi saksi. Semua pihak telah sepakat dengan aturan main. Artinya, semuanya sepakat untuk menerima apapun hasil akhir dri voting ini. Baik pihak yang mendukung Pilkada langsung maupun yang mendukung Pilkada Tidak Langsung.

Lalu terjadilah situasi yang mengejutkan. Ternyata jumlah suara anggota DPR yang mendukung Pilkada Tidak Langsung jauh lebih banyak. Dari 361 anggota DPR, 135 mendukung Pilkada Langsung dan 226 mendukung pilkada lewat DPRD alias tak langsung. Lalu hebohlah para pendukung pilkada langsung yang sebagian besar adalah para pendukung partai-partai pengusung Jokowi-JK.

Dunia maya, khususnya media sosial, langsung dihujani berbagai ungkapan kekecewaan, mulai dari yang masih dalam kategori wajar sampai yang berupa hujatan, kata-kata kotor, makian, nama-nama hewan, bahkan pengkriminalan dan hinaan yang amat melecehkan kepada sesama anak bangsa, termasuk kepada simbol negara kita, Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono.

Ini amat mengherankan dan konyol, menurut saya,

Bukankah proses voting berlangsung sangat terbuka ? Semua bisa melihat proses yang terjadi. Dan sekali lagi, semua semestinya juga sudah tahu konsekwensi yang harus diterima ketika suara terbanyak terpilih dalam sebuah sistem demokrasi.

Lalu mengapa tiba-tiba harus ramai-ramai tidak terima dengan hasil dari sebuah proses demokrasi yang selalu akan dimenangkan oleh suara terbanyak ?

Bukankah itu pilihan mereka sendiri ?

Mengapa harus menganggap kemenangan pro pilkada tak langsung ini sebagai sebuah perampokan, pembunuhan terhadap demokrasi, pengkhianatan kepada rakyat, keputusan tidak waras, keputusan bodoh dan berbagai hinaan serta cacian yang tak pantas terhadap anggota DPR dan para pendukung pro pilkada tak langsung ?

Saya jadi bingung, lalu untuk apa mereka kemarin menyetujui dan mengikuti voting di sidang paripurna DPR ?

Bangsa ini sedang sakit parah.

Kita semakin tak dapat berpikir jernih lagi. Pekerjaan kita tiap hari di medsos mengobral caci maki dan membully satu sama lain. Kita lupa dengan pendidikan tinggi yang sudah kita raih. Kita lupa dengan jabatan kita di kantor yang dihormati. Kita lupa profesi kita yang terhormat. Dan terutama sekali kita lupa dengan ajaran agama yang selama ini diajarkan kepada kita.

Kita seolah tak pernah mendapatkan itu semua.

Saya kuatir, jangan-jangan anak SD jauh lebih baik, santun dan cerdas untuk soal ini.

0 Komentar Sidang Paripurna DPR Pilkada Langsung - Tidak Langsung Memalukan

Post a Comment

Back To Top